Tuesday, March 10, 2015

Contoh Cerpen Remaja

Hai hai hai guys... Gak kerasa udah jam segini. Gue mau nepatin janji yaitu mau-nge post alias nge-share karya gue, yaitu cerpen. Langsung aja ya...


Aku, Kamu, dan Mereka
            Hanya bisa tersenyum. Mungkin itulah yang bisa kulakukan. Tidak perlu ada yang tahu tentang aku. Mungkin memang seharusnya begitu. Kenapa tak dari dulu kusembunyikan semuanya? Apakah benar – benar ada sosok yang selalu ada untuk kita atau yang biasa disebut sahabat? Menurutku tidak pernah ada. Atau mungkin, memang aku yang ditakdirkan tidak memiliki sahabat.
            Seperti biasa, aku memulai hariku di sekolah. Sekolah itu, kadang menyenangkan kadang pula tidak. Aku jarang sekali bisa berangkat pagi. Tapi aku belum pernah datang terlambat. Aku masuk kelas dengan wajah kusut dan tertunduk, mata sembab, dan terlihat lelah. Seperti biasa, ketika aku masuk kelas selalu ada seseorang yang menyapaku.
            “Hai Gia…” Sapaan khas itu, begitu kukenali. Lembut nan indah suaranya. Terlihat begitu ikhlas menyapaku. Wajahnya semakin manis kala ia tersenyum saat menyapaku. Mungkin, dialah teman  yang paling ramah.
            “Hai Nin…” Kubalas dengan menyapa dia. Aku pun juga tersenyum ringan kepadanya.
            Aku melewati tempat duduknya dan berjalan menuju tempat dudukku. Tempat duduk kami hanya berjarak dua bangku. Kuletakkan tas di tempat dudukku. Lalu aku duduk, dan diam begitu saja di tempat duduk. Memang, tidak seperti teman – temanku yang lain. Yang lain bercanda ataupun berkumpul bersama hanya sekedar bergosip ataupun saling curhat.
            Seseorang datang. Ya, murid laki – laki yang akhir – akhir ini sedang dekat denganku. Seperti biasa ia juga selalu menyapaku. Tapi sedikit menyebalkan. Memang dia sangatlah menyebalkan. Kubiarkan saja dia. Pagi – pagi sudah merusak mood seseorang saja.
            Sejak semalam, aku memang sudah dibuat badmood olehnya. Bahkan badmood itu masih terasa hingga sekarang. Aku malas bertemu dengannya, apalagi melihatnya. Sungguh aku muak dengannya. Akan tetapi, hariku juga terasa hambar jika tanpanya. Dia memang menyebalkan, namun disisi lain dia menyenangkan. Bahkan bisa membuatku rindu akan kehadirannya. Aneh. Mungkin seperti inilah rasanya cinta.
            Sejak aku masuk ke dalam kelas, aku memang terlihat diam dan tertunduk. Mungkin, itu terlihat tidak wajar bagi teman – teman dekatku. Sehingga menimbulkan kecurigaan.
            “Hai Gia!… Kamu kenapa??” Sapa Nindya yang menghampiriku di tempat dudukku.
            “Matamu sembab. Kelihatan aneh. Hayoo habis nangis yaa…” Sangkanya dengan begitu yakin.
            “Hah?? Apa sih? Nggak tuh…” jawabku menyangkal dugaannya.
            Kok matamu terlihat sembab?” sahutnya sambil menunjuk-nunjuk mataku.
            “Aku nggak nangis. Aku hanya kurang tidur saja. Biasa, habis begadang.” aku berusaha mencari alasan untuk menyangkal dugaan tersebut.
            Semalam, aku memang menangis. Tapi kenapa mataku masih terlihat sembab hingga sekarang. Sial!! Teman-teman menjadi curiga jika aku memang habis menangis. Aku mengumpat dalam hati. Karena siapa lagi aku menangis, kalau bukan karena laki-laki menyebalkan itu. Dia sangat keterlaluan! Dia begitu berlebihan saat mendekatiku, sehingga aku menjadi bahan gossip atai gunjingan oleh anak-anak.
            Awalnya aku cuek dengan semua itu. Lama kelamaan aku tidak tahan juga. Aku punya salah apa kepada mereka? Apa karena mereka menganggapku sombong dan jahat kepada teman SD-ku yang sekarang sekelas denganku? Kenapa harus selalu aku yang digosipkan? Aku dan dia tidak pernah berbuat apa-apa. Dia yang berlebihan. Aku sudah berusaha menghindar.
            Aku bingung dengan teman-temanku. Sedikit-sedikit gosip. Sedikit-sedikit ghibah. Mengapa harus aku yang dijadikan buah bibir? Semua berubah.  Aku merasa teman-temanku berubah. Mereka sinis setiap kali menatapku. Mata mereka seolah mengisyaratkan bahwa mereka membenciku dan tidak suka padaku. Terlebih jika dia mendekatiku. Mereka pasti akan lebih sinis. Lama-lama aku juga tidak tahan dengan keadaan ini.
            Biarlah mereka berkata apa. Aku ingin mereka tidak asal menilai orang. Mereka tidak tahu tentangku. Jangan dipikir kami sudah sekelas kurang lebih tiga tahun. Tapi mereka masih belum tahu apa-apa. Sebenarnya aku sangat jengkel. Tapi, aku hanya bisa tersenyum dalam menghadapinya. Namun, mencoba tersenyum ketika hati terluka itu tidaklah mudah. Sangat sulit.

Oke guys... Sekian dulu ya... Night. Oyasumi nasai :* :*

No comments:

Post a Comment